Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan
untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan
konotasi tertentu (Dale, 1971:220).
Gaya bahasa adalah cara mempergunakan bahasa secara
imajinatif bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja
(Warriner, 1977:602).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa gaya bahasa
adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengandung 3 (tiga) unsur berikut: kejujuran, sopan santun, dan menarik (Keraf,
1985:113).
B. RAGAM GAYA BAHASA
Gaya bahasa dapat dikategorikan dalam berbagai
cara. Lain penulis lain pula klasifikasi yang dibuatnya. Ada 4 (empat) kelompok
gaya bahasa, sebagai berikut:
1. Gaya bahasa perbandingan
2. Gaya bahasa pertentangan
3. Gaya bahasa pertautan
4. Gaya bahasa perulangan
C. GAYA BAHASA PERBANDINGAN
1. Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya
berlainan dan yang sengaja kita anggap sama.
Contoh:
- Seperti air dengan minyak
- Seperti air di daun keladi
2. Metafora
Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau
benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan
secara eksplisif dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,
umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan (Dale, 1971:224).
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang
sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan (Poerwadarminta, 1976:648).
Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan
yang paling singkat, padat, dan tersusun rapi. Di dalamnya terlihat dua
gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi
obyek; dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan kita
menggantikan yang belakang itu menjadi yang terdahulu tadi (Tarigan, 1983:141;
1985:183).
Contoh: Nani jinak-jinak merpati
3. Personifikasi
Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan
sifat-sifat insani kepada barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Contoh: Hujan memandikan tetanaman
4. Depersonifikasi
Gaya bahasa depersonifikasi adalah kebalikan dari
gaya bahasa personifikasi. Kalau personifikasi menginsankan atau memanusiakan
benda-benda, maka depersonifikasi justru membedakan manusia atau insan.
Contoh: Kalau dikau samudra, daku bahtera
5. Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam
lambang-lambang, dan merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan,
tempat atau wadah obyek-obyek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan.
Fabel dan parabel merupakan alegori-alegori
singkat. Fabel adalah sejenis alegori yang didalamnya binatang-binatang
berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Contoh: Fabel tentang Kancil.
Parabel merupakan alegori singkat yang mengandung
pengajaran mengenai moral dan kebenaran. Parabel adalah metafora yang
diperluas. Contoh: Cerita parabel Adam dan Hawa.
6. Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang
mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim, yaitu kata-kata yang
mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan (Ducrot & Todorov,
1981:277).
Contoh: Dia bergembira ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
7. Pleonasme atau Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir
(berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (Poerwadarminta, 1976:761). Suatu
acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya
tetap utuh (Keraf, 1985:133). Contoh: Saya telah mencatat kejadian itu dengan
tangan saya sendiri. Jika diperhatikan bahwa acuan pada contoh tersebut tetap
utuh dengan makna yang sama, meskipun kita hilangkan kata-kata “dengan tangan
saya sendiri”.
Suatu acuan kita sebut Tautologi kalau kata yang
berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari (sebuah) kata yang
lain.
Contoh: Orang yang meninggal itu menutup mata untuk selama-lamanya.
8. Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak
mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya memepergunakan kata-kata lebih banyak
daripada yang dibutuhkan. Walaupun begitu terdapat perbedaan yang penting
antara keduanya. Pada bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada
prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja (Keraf, 1975:134).
Contoh: Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan
kepada gadis desa itu
9. Antisipasi atau Prolepsis
Kata antisipasi berasal dari bahasa latin
“anticipatio” yang berarti “mendahului”, misalnya: mengadakan peminjaman uang
berdasarkan perhitungan uang pajak yang masih akan dipungut (Shadily,
1980:234).
Contoh: Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh ke
jurang
10. Koreksi atau Epanortosis
Koreksi atau Epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula
ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana
yang salah.
Contoh: Dia benar-benar mencintai Neng Tety, eh bukan, Neng Teri
D. GAYA BAHASA PERTENTANGAN
1. Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya,
dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk
memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan
kata-kata, frase atau kalimat (Tarigan, 1984:143; 1985:186).
Dengan kata lain, hiperbola adalah ungkapan yang
melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan: jumlahnya, ukurannya,
sifatnya (Moeliono, 1984:3).
Contoh: Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun (buat pengganti
baik atau cantik)
2. Litotes
Litoses adalah majas yang didalam pengungkapannya
menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang
bertentangan. Litoses mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang
sebenarnya (Moeliono, 1984:3). Litoses kebalikan dari hiperbola, yaitu sejenis
gaya bahasa yang membuat pernyataan mengenai sesuai dengan cara menyangkal atau
mengingkari kebalikannya (Dale, 1971:237).
Contoh: Sony Hidayat sama sekali bukan pemain jalanan
3. Ironi
Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang
mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan adakalanya bertentangan
dengan yang sebenarnya. Ironi ringan merupakan bentuk humor tetapi ironi berat
atau keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire, walaupun
pembatasan yang tegas antara hal-hal itu sangat sukar dibuat dan jarang sekali
memuaskan orang (Tarigan, 1984:144; 1985:189).
Contoh: Bagusnya rapor si Reza ini, banyak benar angka merahnya.
4. Oksimoron
Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang
mengandung penegasan atau pendirian suatu hubungan sintaksis—baik koordinasi
mapun determinasi—antara dua antonim. Oksimoron merupakan gaya bahasa yang
mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam
frase yang sama (Keraf, 1985:136).
Contoh: Bahan-bahan nuklir dapat dipakai buat kesejahteraan umat
manusia tetapi dapat juga memusnahkannya
5. Paronomasia
Paronomasia ialah gaya bahasa yang berisi
penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain: kata-kata yang
sama bunyinya tetapi artinya berbeda (Tarigan, 1985:190).
Contoh: Kami menerima ban tuan ini sebagai bantuan yang sangat
berharga sebab dengan ini kami dapat meneruskan perjalanan yang masih jauh
6. Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu
formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang
tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri (Tarigan,
1985:191).
Contoh: Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, (maaf)
bukan, maksud saya mengabulkannya.
7. Zeugma dan Silepsis
Zeugma dan Silepsis adalah gaya bahasa yang
mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata
dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai
hubungan dengan kata pertama. Walapun begitu terdapat perbedaan antara zeugma
dengan silepsis.
Dalam zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah
kata mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Contoh: Anak itu memang
rajin dan malas di sekolah.
Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu
secara gramatikal benar, tetapi secara semantik salah atau tidak benar (Keraf,
1985:135). Contoh: Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
8. Satire
Sarite merupakan penggunaan humor secara luas, parodi
atau ironi untuk menertawakan sesuatu masalah. Lebih berbobot daripada sekedar
ejekan, satire berisini kritik sosial atau politik. Dalam karya sasta
satiris-satiris klasik yang terkenal antara lain: Aristophanes, Horace,
Juvenal, Rabelais, Defoe, dan Voltaite (Shadily, 1984:304).
9. Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa
penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Perlu diingat benar bahwa
antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami dengan jelas bila pembaca atau
penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dikataka itu adalah sebaliknya.
Contoh: Mari kita sambut kedatangan Sang Raja (maksudnya si Jongos)
10. Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga
berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya (Keraf, 1985:136).
Contoh: Aku kesepian di tengah keramaian.
11. Klimaks
Klimaks adalah sejenis gaya bahasa yang berupa
susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan (Shadily, 1982:1795).
Klimaks semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap
kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya (Keraf,
1985:124).
Contoh: Setiap guru yang berdiri di muka kelas haruslah mengetahui,
memahami, serta menguasai bahan yang diajarkan.
12. Antiklimaks
Antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi
gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan
yang kurang penting. Gaya bahasa antiklimaks dapat digunakan sebagai suatu
istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut, yaitu:
- Dekrementum
Yaitu semacam antiklimaks yang
berwujud menambah gagasan yang kurang penting pada suatu gagasan yang penting. Contoh:
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan bangsa
Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita serta
pertumpahan darah para prajurit kita melawan serdadu penjajah.
- Katabasis
Yaitu sejenis gaya bahasa
antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting.
Contoh: Penataran itu diikuti dosen, guru SMA, SMP, SD, dan TK.
13. Apostrof
Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa
pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. Cara ini lazimnya
dipakai oleh orator klasik atau para dukun tradisional.
Contoh: Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas,
tengah dan bawah, lindungilah warga desaku ini.
14. Anastrof atau Inversi
Anastrof atau Inversi adalah semacam gaya retoris
yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat (Keraf,
1985:130).
Contoh: Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan pesan
apa-apa
15. Apofasis atau Preterisio
Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa yang
dipergunakan oleh penulis, pengarang atau pembicara untuk menegaskan sesuatu
tetapi tampaknya menyangkalnya.
Contoh: Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu
itu telah berbadan dua.
16. Histeron Proteron
Histeron Proteron adalah semacam gaya bahasa yang
merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang
wajar (Keraf, 1985:133).
Contoh: Kain cita ini telah memberimu satu setel jas lengkap yang
dapat kamu pakai pada upacara-upacara resmi
17. Sinisme
Sinisme merupakan sejenis gaya bahasa yang berupa
sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi yang lebih kasar sifatnya, namun
kadang-kadang sukar ditarik batas yang tegas antara keduanya.
Contoh: Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga
keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
18. Sarkasme
Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
olok-olok atau sindiran pedas dan menyakitkan hati (Poewadarminta, 1976:874).
Ciri utama gaya bahasa sarkasme ialah selalu mengandunga kepahitan dan celaan
yang getir, menyakitkan hati dan kurang enak didengar.
Contoh: Mulutmu harimaumu.
0 Comments:
Apabila anda mengutip artikel pada blog ini sebagian ataupun seluruhnya, dimohon agar mencantumkan link asli yang bersumber dari blog ini. Contoh: https://www.nyunblog.com/2024/12/cara-mudah-membuat-back-to-top-button.html
Hargailah kreativitas penulis!
Silahkan tinggalkan komentar anda, dan terimakasih atas kunjungannya ᵔ ᵕ ᵔ